Taman Sebagai Monumen – Landscape Garden as a Monument

Oleh: Yanti Mualim

* Summary in English below

 Hanya 25 km dari Amsterdam, terdapat Gooilust, sebuah kawasan hutan taman seluas 94 hektar yang membuat orang lupa hiruk pikuknya kota besar. Jalur lebar yang diapit deretan pohon tua adalah jalan utama di kawasan ini.
Afbeelding
Approaching the house through the main lane at the back garden. (Foto: Yanti Mualim)

Di ujung jalur itu terdapat sebuah rumah besar dari abad ke 18. Itulah rumah tinggal Frans Blaauw dan istrinya Louise Six, hingga 1936, merekalah penghuni terakhir Gooilust. Pemiliknya adalah sang istri yang berasal dari keluarga bangsawan Belanda. Ia mewariskan kawasan ini pada Natuurmonumenten (monumen alam), organisasi pelestarian alam tertua di Belanda. Sekarang Gooilust terbuka untuk umum.
Afbeelding
In front of the house this shallow water. (Foto: Yanti Mualim)
Sekitar abad ke 17 para bangsawan dan hartawan di Belanda mulai membeli lahan di luar kota dan membangun rumah pesanggrahan yang mereka huni selama musim panas. Tiap tahun menjelang musim panas para elit meninggalkan rumah mereka di kota besar seperti Amsterdam, karena begitu suhu meningkat kota besar adalah tempat yang panas kotor, pengap dan bau. Kala itu belum ada saluran limbah atau gorong-gorong. Parit-parit dan kanal berfungsi sebagai tempat sampah, termasuk sampah manusia, yang juga adalah sumber berbagai penyakit. Jauh berbeda dari keadaan di luar kota dekat alam terbuka.
Afbeelding
Peaceful surrounding (Foto: Yantui Mualim)
Udara segar, pemandangan alam lepas dan lega, di sana sini kuda merumput. Begitulah keadaan di Gooilust tempat tinggal pasangan Frans Blaauw dan Louise Six. Sang suami dikenal eksentrik. Dia suka memelihara berbagai binatang liar di tamannya, mendatangkan burung-burung dan tanaman eksotis dari antara lain Indonesia yang ketika itu disebut Hindia Belanda. Harus diakui keindahan dan keunikan taman ini adalah juga berkat Frans Blaauw. Koleksi pohon-pohonnya sampai sekarang masih dapat dilihat di kebun yang terpelihara.
Afbeelding
Exotic tree collection of Frans Blaauw. (Foto: Yanti Mualim)
Pasangan suami istri ini tidak punya anak dan Louise Six, tidak rela si suami eksentrik itu mewaris Gooilust, oleh karena itu Louise mewariskannya pada Natuurmonumenten. Berbeda dengan rumah-rumah di kota, di sini, alam lebih dominan katimbang bangunan. Begitu juga rumah perisitrahatan Gooilust, yang dibangun pada 1778. Taman di sekeliling rumah ini baru ditata pada awal abad ke 19. Dirancang oleh arsitek pertamanan kenamaan di Belanda yaitu Zocher. Di celah hutan buatan ini terdapat lembah rhododendron, tanaman yang di musim semi berselimut bunga, salah satu kebanggaan Gooilust.
Afbeelding
Rhododendron valley in the autumn. (Foto: Yanti Mualim)
Di musim semi, tanaman-tanaman tampak sangat berbeda. Inilah salah satu unsur yang harus diperhitungkan arsitek pertamanan saat merancang dan memilih jenis tumbuhan.
Afbeelding
Rhododendron valley in the spring. (Foto: Yanti Mualim)

Walaupun taman ini baru ditata awal abad ke 19, di sini terdapat beberapa pohon tua lebih yang umurnya lebih dari 400 tahun. Pohon-pohon ini berstatus monumen. Gooilust adalah satu dari sekitar 600 rumah peristirahatan dan taman di Belanda yang dibangun antara 1600 – 1900.
Afbeelding
Old strong tree in Gooilust. (Foto: Yanti Mualim)

Rumah-rumah peristirahatan dan alam di Belanda menceritakan sedikit sejarah pemilikan dan pemanfaatan lahan. Baik bangunan maupun taman dan hutannya dinilai sebagai warisan budaya dan oleh karena itu dilindungi.

* Summary in English 

Only 25 km away from Amsterdam lies Gooilust, a landscape garden of 94 hectares. There is a main road flanked by a row of trees that leads to a large country house built in the 18th century. In the 20th century until 1936 this was the residence of Frans Blaauw and his wife Louise Six. Louise Six was the owner, she donated Gooilust to Natuurmonumenten, because she didn’t want her eccentric husband to inherit this property. Natuurmonumenten is the oldest conservation organization in the Netherlands and Gooilust is now open to public.

Around the 17th century noblemen and wealthy families in the Netherlands began to buy land outside the cities where they built their country houses to live during the summers. The heath and the bad air in the smelly cities during the summers were unbearable because there was no sewer-system at that time. In contrary to the smelly cities, there was space and fresh air in the country houses such as Gooilust of Frans Blaauw and Louise Six. This weird Frans Blaauw liked to keep a variety of exotic wild animals in the garden, he also imported exotic birds and plants from all over the world.

This country house was built in 1778, but the actual garden around the house is from a the early 19th century and designed by the well-known Dutch landscape architect Zocher. One of the highlights in Gooilust is the rhododendron valley. Although this landscape garden dated from the early the 19th century, there are trees of more than 400 years old. Now these trees have a monumental status. Both building and the landscape garden in this property are valued as cultural heritage and therefore protected.Afbeelding

Mencari Sebuah Taman Firdaus – Searching for a Paradise

Oleh: Yanti Mualim

(summary in English below)

Pernahkah Anda berkhayal berada di taman Firdaus? Charles Hamilton, mencari Firdausnya di Painshill Park, yang luasnya 0,81km², tidak terlalu jauh dari London. Charles Hamilton membuat sebuah taman yang menyentuh perasaan. Suasana di taman ini, menghanyutkan. Beginilah pemandangan jika duduk di Tenda Turki.

Afbeelding
Pemandangan dari bangku di tenda Turki.  / View from the Turkish Tent (Foto: Yanti Mualim)

Tahun 1738, Charles Hamilton baru saja kembali dari apa yang disebut Grand Tour, yaitu melanglang buana ke dataran Eropa sebagai bagian dari pendidikannya. Di abad ke 18 putra-putra kalangan ningrat Inggris menjelang usia dewasa dikirim, pinjam istilah sekarang, ‘studi tour’ ke Eropa.

Perjalanan itu berlangsung lama, bisa bertahun-tahun, dan dimaksud untuk belajar. Belajar seni, belajar peradaban, belajar politik. Pendek kata belajar menjadi pria dewasa yang piawai. Charles Hamilton yang adalah anak ke 14 keluarga bangsawan dua kali melakukan Grand Tour. Sekembalinya di Inggris Charles Hamilton bertekat membuat sebuah taman dengan puri Roma, puri Gotik, amfitheater, patung-patung mitologi yang ia lihat di Eropa, lengkap dengan kebun anggur dan sebuah gua buatan. Painshill Park sekarang terbuka untuk umum.
Afbeelding
Amfitheater.  (Foto: Cor Perrier)

Bagian muka adalah kebun yang dikelilingi tembok (walled garden). Dulu ini adalah tempat tanaman-tanaman dikembangan sebelum di pindahkan ke taman terbuka. Tembok yang mengelilingi kebun ini membuat suhu di sini lebih panas dan tanaman terlindung dari angin dingin. Sekarang kebun ini mirip ruang informasi. Informasi mengenai bagaimana Charles Hamilton mengumpulkan jenis-jenis tanaman dari Amerika, Afrika dan Asia.

Betapa besar upaya orang ketika itu mempelajari tumbuh-tumbuhan asing, membawa benih, bibit, mencoba mengembangkannya. Membaca informasi di sini kita bisa mengerti hubungan ekspedisi, keinginan belajar, berkembangnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya perdagangan yang membawa kemakmuran.
Afbeelding 

Walled garden (Foto: Yanti Mualim)

Dari 1738 – 1773 Charles Hamilton menghabiskan banyak waktu dan seluruh hartanya untuk membuat Painshill Park. Sungguh mengherankan bagi saya, di taman ini tidak ada rumah tinggal, padahal milik pribadi. Taman didahulukan sebelum rumah, dan biaya mewujudkan taman ini akhirnya membuat Charles Hamilton bangkrut. Ia sudah bangkrut sebelum rumah tinggal dibangun. Taman ini berkali-kali ganti pemilik, tapi sekarang bernaung dibawah sebuah yayasan dan Painshill Park dilindungi sebagai warisan budaya Inggris.

Taman ini memberi kita gambarkan mengenai apa yang pernah dilihat Charles Hamilton ketika melakukan Grand Tour. Sebuah puri Gothic, yang dari jauh mirip bentuk mahota raja.
Afbeelding
Gothic temple (Foto: Yanti Mualim)
Kemudian juga semacam theater terbuka yang dikelilingi pohon-pohon dan semak-semak, mirip amfitheater Yunani, dan yang sedang dipugar ketika saya ke sana adalah puri Bacchus. Dalam mitologi Romawi, Bacchus adalah dewa anggur. Puri ini terletak di atas bukit kecil, dari sana terlihat sebagian taman dan sungai kecil yang melintasinya.

Menarik pula di taman ini adalah mengamati cara merenovasi taman. Misalnya renovasi sebuah jembatan yang hancur termakan waktu. Bagaimana merenovasi tanpa gambar aslinya? Berkat dokumentasi dan catatan, diketahui salah satu perangkat piring dan mangkuk Ratu Victoria dihiasi gambar jembatan yang terdapat di taman ini.
Afbeelding

Summary in English

Have you ever wonder what paradise looks like? Hon. Charles Hamilton tried to create his paradise in Painshill Park (0, 81km²) near Cobham, UK. While walking in this landscape park, one will understand what Hamilton would like to tell about his experience in Europe. As you sit in the Turkish Tent in Painshill Park you feel so heavenly far away from daily life. (Picture is token from the Turkish Tent)

 In 1738 Charles Hamilton, son of 6th Earl of Abercorn, came back to England from his second Grand Tour. In those days, the British aristocracy used to send their sons at the age of 18 to Europe to learn more about culture, art, politics and sophistication in Rome, Firenze, Paris etc., as part of their upbringing. This Grand Tour could last for years.

When he came back from Europe, Charles Hamilton decided to create a park with a Roman temple, Gothic temple, tower in Gothic style, ruined abbey, a grotto, an amphitheater, mythological statues and the vineyard as he had seen in Europe. Nowadays Painshill Park is open to public, so we can see what impressed him most on his Grand Tour.

Near the entrance there is a walled garden which was the nursery of  Painshill Park. Now the walled garden is used as the information centre for visitors. There is information about the expeditions in those days to America, Africa and Asia, and information about collecting seeds and plants from all over the world. One can understand the inter relation between the British expeditions in those days, science, culture, trade and prosperity.

Charles Hamilton was decisive about creating his park, it took him from 1738 – 1773 to realise his dreams. He spent all his money to construct Painshill Park until he ended up bankrupt, leaving the park without having built a house to live in. Now there is an organisation which run this park Paisnhill Park is seen as a British national heritage. 

Panen Di Kebun Petani Organik — Harvesting

Yanti Mualim
*** English Summary Below

Seperti di banyak negara di Eropa, juga di Belanda September dan Oktober adalah bulan-bulan ‘pesta panen’. Suhu udara memang mulai turun, malam bisa turun sampai hanya 4°C tapi siang sekitar 14 °C, masih nyaman beraktivitas di luar, contohnya di pertanian organik Ravenstein, Baarn, di Belanda. Kalau khas di musim panas a.l. selada, tomat dan mentimun, maka di musim gugur yang khas adalah berbagai jenis jamur dan waluh. Waluh Belandanya pompoen, Inggrisnya pumpkin.

Afbeelding

 Pumpkins ( Foto: Yanti Mualim)

Waluh besar-besar ini mengingatkan kita pada halloween, tradisi berpesta setelah pekerjaan di pertanian selesai. Waluh besar cocok untuk dekorasi tapi rasanya kurang enak. Bagi saya yang paling enak adalah waluh hijau, lebih gurih. Waluh banyak macam dan jenisnya ada yang berkulit bercak-bercak ada yang bundar ada yang berbentuk botol, pendek kata sangat berragam. Selain dekoratif waluh tidak mudah busuk, sesuai sekali sebagai hiasan.

Afbeelding

Decorations (Foto: Yanti Mualim) 

Walaupun nantinya pohon-pohon gundul, musim gugur punya pesona tersendiri. Daun pepohonan lambat laun berubah warna dari hijau menjadi kuning, merah, coklat, kemudian gugur tertiup angin.

Afbeelding

Pumpkin and red cabbage (Foto: Yanti Mualim)

Di luar udara dingin dan angin kencang. Orang mencari kenyamanan di dalam rumah dan warna-warna musim gugur sering jadi ilham para desainer, baik untuk tekstil maupun untuk interior. Warna-warna itu disebut warna hangat dan sangat cocok untuk udara dingin.

Afbeelding

Autumn colours (Foto: Yanti Mualim) 

Bukan hanya suasana rumah, juga menu makanan disesuaikan dengan musim. Paling popular untuk musim gugur adalah sop waluh. Lihat sop waluh saya yang pertama di musim gugur ini. Makanan ini sederhana, enak, mudah membuatnya dan mengandung a.l. Kalium, Calsium, Fosfor dan zat besi.

Afbeelding

 Kale (Foto: Yanti Mualim)

Khas Belanda untuk winter adalah sayur boerenkool, semacam kubis keriting dimasak dengan kentang dan dimakan dengan sosis. Disarankan makan boerenkool setelah suhu turun hingga di bawah titik beku. Boerenkool menjadi manis setelah beku. Boerenkool bisa juga enak ditumis pakai cabai dan ikan teri, agak mirip daun pepaya tapi tidak pahit.

Resep sop waluh
1 waluh hijau kupas dan potong persegi
2 bawang bombay sayat agak kasar
2 sendok minyak goreng kalau bisa minyak zaitun
sepotong jahe 2 cm
garam dan merica secukupnya Gongeng bawang Bombay, setelah mengkilat masukkan waluh dan jahe. Tutup panci. Bila waluh mulai lunak beri ½ 1/2  cangkir air dan masak hingga matang. Haluskan semua dengan food processor hingga menjadi semacam bubur. Jika terlalu kencal tambah air.

Cara menyajikan: sesendok creme fraîche atau sele arbei dan taburi sedikit daun peterseli.

Afbeelding

My first pumpkin soup this year. (Foto: Cor Perrier)

*** English Summary
It’s the end of September; the start of autumn and we are about to say good bye to summer. Although the temperature is declining it is still comfortable to spend time outdoors.  A few days ago I went to an organic farm ‘Ravenstein’ in Baarn in The Netherlands to enjoy the atmosphere. It’s so nice to see the farmers harvesting the field  which is covered with handsome orange pumpkins. I am fond of pumpkins for the taste, the colours and the shape. I never get bored from pumpkins because there is plenty of variety.

Autumn is very beautiful, especially the colours, which inspires many designers for textiles and interior decorations. Those warm colours are suitable for the cold season, when the days are slowly becoming shorter and the nights longer. The food in these cold days is also different, instead of the summery lettuce, tomatoes and cucumbers we eat a variety of mushrooms, cabbages, chestnuts and pumpkin soup.