Mencari Sebuah Taman Firdaus – Searching for a Paradise

Oleh: Yanti Mualim

(summary in English below)

Pernahkah Anda berkhayal berada di taman Firdaus? Charles Hamilton, mencari Firdausnya di Painshill Park, yang luasnya 0,81km², tidak terlalu jauh dari London. Charles Hamilton membuat sebuah taman yang menyentuh perasaan. Suasana di taman ini, menghanyutkan. Beginilah pemandangan jika duduk di Tenda Turki.

Afbeelding
Pemandangan dari bangku di tenda Turki.  / View from the Turkish Tent (Foto: Yanti Mualim)

Tahun 1738, Charles Hamilton baru saja kembali dari apa yang disebut Grand Tour, yaitu melanglang buana ke dataran Eropa sebagai bagian dari pendidikannya. Di abad ke 18 putra-putra kalangan ningrat Inggris menjelang usia dewasa dikirim, pinjam istilah sekarang, ‘studi tour’ ke Eropa.

Perjalanan itu berlangsung lama, bisa bertahun-tahun, dan dimaksud untuk belajar. Belajar seni, belajar peradaban, belajar politik. Pendek kata belajar menjadi pria dewasa yang piawai. Charles Hamilton yang adalah anak ke 14 keluarga bangsawan dua kali melakukan Grand Tour. Sekembalinya di Inggris Charles Hamilton bertekat membuat sebuah taman dengan puri Roma, puri Gotik, amfitheater, patung-patung mitologi yang ia lihat di Eropa, lengkap dengan kebun anggur dan sebuah gua buatan. Painshill Park sekarang terbuka untuk umum.
Afbeelding
Amfitheater.  (Foto: Cor Perrier)

Bagian muka adalah kebun yang dikelilingi tembok (walled garden). Dulu ini adalah tempat tanaman-tanaman dikembangan sebelum di pindahkan ke taman terbuka. Tembok yang mengelilingi kebun ini membuat suhu di sini lebih panas dan tanaman terlindung dari angin dingin. Sekarang kebun ini mirip ruang informasi. Informasi mengenai bagaimana Charles Hamilton mengumpulkan jenis-jenis tanaman dari Amerika, Afrika dan Asia.

Betapa besar upaya orang ketika itu mempelajari tumbuh-tumbuhan asing, membawa benih, bibit, mencoba mengembangkannya. Membaca informasi di sini kita bisa mengerti hubungan ekspedisi, keinginan belajar, berkembangnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya perdagangan yang membawa kemakmuran.
Afbeelding 

Walled garden (Foto: Yanti Mualim)

Dari 1738 – 1773 Charles Hamilton menghabiskan banyak waktu dan seluruh hartanya untuk membuat Painshill Park. Sungguh mengherankan bagi saya, di taman ini tidak ada rumah tinggal, padahal milik pribadi. Taman didahulukan sebelum rumah, dan biaya mewujudkan taman ini akhirnya membuat Charles Hamilton bangkrut. Ia sudah bangkrut sebelum rumah tinggal dibangun. Taman ini berkali-kali ganti pemilik, tapi sekarang bernaung dibawah sebuah yayasan dan Painshill Park dilindungi sebagai warisan budaya Inggris.

Taman ini memberi kita gambarkan mengenai apa yang pernah dilihat Charles Hamilton ketika melakukan Grand Tour. Sebuah puri Gothic, yang dari jauh mirip bentuk mahota raja.
Afbeelding
Gothic temple (Foto: Yanti Mualim)
Kemudian juga semacam theater terbuka yang dikelilingi pohon-pohon dan semak-semak, mirip amfitheater Yunani, dan yang sedang dipugar ketika saya ke sana adalah puri Bacchus. Dalam mitologi Romawi, Bacchus adalah dewa anggur. Puri ini terletak di atas bukit kecil, dari sana terlihat sebagian taman dan sungai kecil yang melintasinya.

Menarik pula di taman ini adalah mengamati cara merenovasi taman. Misalnya renovasi sebuah jembatan yang hancur termakan waktu. Bagaimana merenovasi tanpa gambar aslinya? Berkat dokumentasi dan catatan, diketahui salah satu perangkat piring dan mangkuk Ratu Victoria dihiasi gambar jembatan yang terdapat di taman ini.
Afbeelding

Summary in English

Have you ever wonder what paradise looks like? Hon. Charles Hamilton tried to create his paradise in Painshill Park (0, 81km²) near Cobham, UK. While walking in this landscape park, one will understand what Hamilton would like to tell about his experience in Europe. As you sit in the Turkish Tent in Painshill Park you feel so heavenly far away from daily life. (Picture is token from the Turkish Tent)

 In 1738 Charles Hamilton, son of 6th Earl of Abercorn, came back to England from his second Grand Tour. In those days, the British aristocracy used to send their sons at the age of 18 to Europe to learn more about culture, art, politics and sophistication in Rome, Firenze, Paris etc., as part of their upbringing. This Grand Tour could last for years.

When he came back from Europe, Charles Hamilton decided to create a park with a Roman temple, Gothic temple, tower in Gothic style, ruined abbey, a grotto, an amphitheater, mythological statues and the vineyard as he had seen in Europe. Nowadays Painshill Park is open to public, so we can see what impressed him most on his Grand Tour.

Near the entrance there is a walled garden which was the nursery of  Painshill Park. Now the walled garden is used as the information centre for visitors. There is information about the expeditions in those days to America, Africa and Asia, and information about collecting seeds and plants from all over the world. One can understand the inter relation between the British expeditions in those days, science, culture, trade and prosperity.

Charles Hamilton was decisive about creating his park, it took him from 1738 – 1773 to realise his dreams. He spent all his money to construct Painshill Park until he ended up bankrupt, leaving the park without having built a house to live in. Now there is an organisation which run this park Paisnhill Park is seen as a British national heritage.