Jangan menipu, jangan tertipu

Bukan saja waktu kecil, setelah dewasapun ada kalanya saya takut berada di tempat yang gelap, apalagi jika tidak di rumah sendiri. Waktu kecil kalau nenek minta tolong diambilkan sesuatu dari ruangan yang gelap, saya mengambil benda yang diperlukan kemudian cepat-cepat keluar. Apa sebenarnya yang ditakuti? Takut setan.

Tidak perlu takut! Itulah nasehat yang sering saya dengar. Yang bahaya adalah ketemu orang! Mungkin dia itu maling. Pencuri sembunyi-sembunyi masuk rumah, kalau kepergok ada yang lari tapi ada pula yang berbalik menyerang pemilik rumah yang memergokinya. Orang jahat banyak akal.

Belakangan ini saya sering membaca tentang kejahatan yang dilakukan orang yang tidak tampak. Siluman???

Bukan, sebuah bentuk kejahatan baru. Kejahatan siber (cybercrime). Sudah sering saya membaca tentang bentuk kriminalitas baru ini, namun baru sekali saya bicara dengan korban. Seorang ibu setengah baya yang sering saya jumpai di perpustakaan dekat rumah, suatu hari mengatakan: ‘Saya lebih takut mengurus keuangan lewat bank digital daripada pulang malam ketika sudah gelap.’ Dalam hati saya tersenyum, ingat takut gelap dan nasehat tidak perlu takut setan. Dulu harus waspada pencopet, pencuri atau perampok, sekarang perlu kewaspadaan lain. Lalu siibu itu cerita uang di rekening banknya ludes dilahap penipu yang menghubunginya lewat surat elektronik. Dia menyangka berhubungan dengan banknya dan tanpa ragu melakukan apa yang diminta si penipu. Semenjak terkena tipu itu dia selalu was-was jika duduk di muka computer mengurus keuangannya. ‘Untung sekali saya bisa belajar di perpustakaan sehingga bisa mengenali muslihat para penipu siber,’ jelas si ibu sambil melenggang menuju meja petugas perpustakaan. Acap kali ada teknik penipuan baru. Orang muda saja bisa tertipu, apalagi orang tua yang gaptek.

Sewaktu anak saya dinasehati agar tidak perlu takut. Sekarang saya sendiri sudahjadi nenek, nasehat apa yang bisa saja sampaikan pada cucu-cucu? Meskipun sudah lebih lama hidup dan sudah lebih berpengalaman daripada anak cucu, tapi kalau bicara soal keterampilan teknik dan elektronik, mereka lebih terampil. Namun saya bisa membekali mereka dengan satu nasehat; jangan menipu, jangan juga sampai tertipu.

Hadiah Dari Kebun

Yanti Mualim

Musim panas tahun 2022 ini rasanya panjang sekali. Mungkin karena sejak awal musim semi, mulai dari bulan Maret suhu udara rata-rata sudah di atas 7ºC. Setelah itu suhu udara naik terus dengan cepat sampai dua digit. Bahkan Juni dan Juli gelombang panas sudah melanda berbagai negara di Eropa. Kami di Belanda mengalami hari-hari dengan suhu udara 38ºC. Matahari dengan royalnya menyinari bumi Belanda. Biasanya banyak orang di Eropa senang mandi matahari, namun beberapa tahun terakhir ini diperingatkan mengolesi tubuh dengan cream pelindung, untuk mencegah kanker kulit. Panas seperti ini, jika tidak perlu keluar kami tinggal di dalam rumah atau mencari tempat yang teduh. Yang tidak bisa berteduh adalah tanaman-tanaman di kebun. Saya payungi mereka agar tidak terbakar.

Disamping suhu tinggi, beberapa bulan belakangan ini tidak pernah hujan. Panas dan kering tampaknya kondisi ideal untuk kebakaran. Berbagai negara telah mengalami kebakaran hutan yang serius. Oleh karena itu pada umum diperingatkan tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak bbq dan segera menilpon dinas pamadam kebakaran bila melihat gejala kebakaran.

Untunglah hingga sekarang hutan dan padang rumput dekat rumah saya tetap utuh. Walaupun demikian ada hal yang menggembirakan. Tahun ini pohon apel di kebun lebat sekali buahnya. Berdasarkan pengalaman di tahun-tahun silam, saya membuat perjanjian dengan burung-burung yang sering singgah. Begini: sebagian apel di pohon saya beri topi atau kerudung, itu untuk kami; selebihnya kalian boleh makan. Di waktu lampau kami hanya kebagian sisa-sisa yang ditinggalkan burung-burung. Sungguh kami senang dengan kehadiran banyak burun di kebun kami, tapi kurang suka dengan kebiasaan mereka mematuk satu buah, kemudian belum habis pindah ke buah yang berikut. Buah-buah cacat itu disisakan untuk kami. ‘Ngga mau akh curang begitu’

Biasanya musim apel baru September, tetapi kali ini pipi merah apel-apel itu sudah memanggil-manggil minta dipetik. Kami siapkan tangga dan galah untuk memetik apel bersama anak cucu. Tampaknya mereka senang dengan pengalaman baru ini. Saya tidak bisa memastikan senang apelnya atau senang memetiknya. Sama senangnya seperti membuka bingkisan hadiah.

Kristal Desember 2021

Yanti Mualim

Di luar masih gelap, pagi-pagi sekali kudengar krk krk krk. Kusibak tirai jendela, rupanya tetangga sedang mengerok lapisan es yang menutupi kaca jendela mobilnya. Memang sudah aku sudah mendengar ralaman cuaca, suhu udara akan turun dan malam hari bisa mencapai beberapa derajat dibawah titik beku.

Mendengar ramalan cuaca, tanaman-tanaman (semi) tropis di kebun kubungkus selimut dan beberapa yang tidak tahan dingin kumasukkan di tempat khusus yang kusebut sebagai kamar tidur mereka selama musim dingin. Banyak orang di Belanda menganggap kebunku tidak khas Belanda. Kupikir mungkin itu disebabkan tanaman-tanaman pilihanku, seperti jenis pisang hias (Musella lasiocarpa) yang kubeli 7 tahun lalu di pasar malam di Den Haag. Menurut si penjual tanaman ini berasal dari Yunan dan pegunungan di sana adalah habitat aslinya. Dia menjual berbagai jenis tanaman tropis antara lain pandan, melati, serai, serawung atau kemangi. Tanaman-tanaman yang pasti mati jika dibiarkan di luar pada suhu udara seperti di awal musim dingin 2021 ini. Menurut penanggalan meteorologi 21 Desember adalah awal musim dingin, namun naik atau turunnya suhu udara tidak selalu tepat waktu seperti lonceng.

Setelah kopi pertama yang kuteguk pagi ini membangunkan sel-sel tubuhku, aku bersiap-siap melakukan jalan pagi. Suhu di luar masih -2°C dan semalam turun hingga -5°C. Saat mengenakan topi dan sarung tangan aku jadi ingat teman dari Indonesia ketika pertama kali mengalami musim dingin di Belanda. Berulang kali dia mengatakan: ‘Krukut yo. Tertutup dari ujung rambut sampai ujung kaki.’

Meski dingin, banyak orang jalan atau jogging di pagi hari. Mereka yang berlari, tidak berpakaian terlalu tebal, namun kebanyakan mengenakan topi. Menurut instruktur fitnessku sekitar 10% panas tubuh lenyap lewat kepala. Tidak terlalu banyak. Namun mengenakan topi jika udara dingin terasa nyaman.

Padang rumput ilalang di pinggir hutan tampak masih beku, ranting-ranting berlapis kristal es. Sebuah pemandangan yang tidak pernah membosankan bagiku.

Rumphius, Nama Besar Tak Dikenal

Sambil senyum Norbert Peeters memperkenalkan dirinya, sebagai ‘filsuf botani’ dari Leiden. Dia ahli falsafah dan ahli botani. Perkenalan itu sebelum dia memulai ceramahnya di kebun botani di Hilversum, tempat kerja saya sebagai relawan. Peeters memberi uraian tentang hubungan manusia dengan tumbuh-tumbuhan. Sebagai contoh: ekspedisi di abad-abad lalu dari benua Eropa ke benua-benua lain kemudian pulang membawa berbagai macam bibit dan tanaman di perut kapal. Para pembawa tanaman ini disebut pemburu tanaman ‘plant hunters’. Salah satu pemburu tanaman yang tiap tahun namanya disebut-sebut adalah Douglas. Ahli botani David Douglas asal Skotlandia, ketika berekspedisi pada awal abad ke 19 membawa benih pohon cemara dari Amerika Utara. Berkat dialah Eropa berkenalan dengan jenis cemara Douglas yang harum, tidak mudah rontok dan oleh karena itu disukai sebagai pohon Natal.

Meskipun saya suka pohon Natal jenis Douglas, dalam ceramahnya, Peeters menyebut nama lain yang lebih menarik: Georg Everhard Rumphius (1627 – 1702). Bapak peletak dasar ilmu botani Hindia Belanda ini, kurang dikenal, padahal menurut filsuf botani Norbert Peeters: ‘Dia bisa kita sejajarkan dengan Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Rumphius adalah pemuda Jerman yang berusia 26 tahun ketika bergabung dengan VOC. Tak lama setelah tiba di Batavia pada 1653 dia dikirim ke Ambon. Selama berada di sana ia membuat catatan rinci tentang tumbuh-tumbuhan di Ambon dan pulau-pulau sekitarnya. Studinya dibukukan dalam Het Ambonees Kruidboek yang terdiri dari 12 jilid dan lampiran. Ia mencatat lebih dari 1700 jenis flora lengkap dengan 700 ilustrasi.

Georg Everhard Rumphius tinggal selama 49 tahun di Ambon, perajurit muda ini dikirim dari Batavia ke Ambon untuk turut perang. Hal itu merupakan pengalama pahit baginya, dia keluar dari ketentaraan dan lanjut bekerja sebagai warga sipil untuk VOC. Dia diberi tanggungawab urusan pembelian rempah-rempah: cengkeh, pala dan fuli. Dalam menjalankan tugas ini ia sering mendatangi berbagai tempat di kepulauan Maluku dan tumbuhlah cintanya pada kekayaan flora di sana. Selain rempah-rempah ia juga mencatat jenis-jenis pohon, palm, pakis dan anggrek. Pencita botani yang tekun ini, selain fasih berbahasa Jerman, Belanda, Portugis dan Arab, juga mahir bahasa Melayu dan bahasa-bahasa setempat di Maluku. Sementara itu VOC mulai menyadari betapa besar nilai ilmiah catatan-catatan Rumphius.

Malapetaka menimpa Rumphius. Pengelihatannya mundur, sekitar 1670 dia benar-benar buta. Namun malapetaka ini menjadi berkah!

Di masa itu bahasa pengantar para ilmuwan adalah Latin dan oleh karena itu menghasilkan tulisan-tulisan anggun. Rumphius yang buta dibantu oleh juru tulis dan ahli-ahli gambar. Karena juru tulisnya tidak menguasai bahasa Latin, Rumphius mendikte dalam bahasa Belanda. Ahli botani yang fasih berbagai bahasa ini rupanya juga punya talenta sastra. Dia mendikte catatannya dilengkapi syair-syair setempat dan hikayat-hikayat rakyat, demikian penjelasan Peeters.

Minat Rumphius tidak sebatas dunia botani, dia juga menulis tentang sejarah dan adat istiadat setempat; tentang khasiat minyak cengkeh untuk mengurangi rasa sakit. Diduga pengetahuan tentang khasiat rempah-rempah didapatnya melalui istrinya yang sering berhubungan dengan para dukun setempat.

Nama Rumphius hampir tidak dikenal orang. Ini sangat aneh, menurut Peeters: ‘Rumphius layak dicatat sejajar dengan nama-nama besar dalam dunia ilmu pengetahuan. Karyanya bukan hanya menarik untuk para ahli botani, namun juga untuk para sejarahwan, ahli bahasa dan antropolog’.

Ceramah Norbert Peeters di Hilversum

Merdeka Jasmani dan Rohani

Oleh Yanti Mualim

Lakon ‘Beruang’ karya Anton Tsjechov, mengajak penonton melihat bagaimana benci jadi cinta. Dalam cerita-cerita penulis Rusia yang juga dokter ini, hal tak terduga bisa terjadi.

‘Kamu tidak pikir uang hah? Saya sudah mau gantung diri nih!’

Menurut pengakuannya Grigóri Stepanovitsj Smirnov mau gantung diri. Dia butuh duit, tapi si janda muda menolak bayar hutang. Si penagih menuntut karena berpendapat janda ini adalah ahli waris hutang besar suaminya yang meninggal tujuh bulan lagu. Tapi semenjak suami meninggal, si janda muda tidak berhenti meratapi kepergiannya dan mengurung diri. Dia tidak melihat orang, tidak bicara dengan orang lain, hanya meratap dan berlutut di kebun sendiri. Sampai tiba-tiba seorang Smirnov muncul di kebunnya dan menaggih hutang. Dialog dan hardik menghardik dua orang di kebun si janda ini mengandung berbagai emosi. Kejengkelan, kemaharan, penyesalan, humor, bahkan cinta.

‘Sinar matamu menerangi hatiku

Sandiwara kecil ini berlangsung di kebun botani Hilversum ini diperankan oleh Julia van der Vlugt dan Jurriën Remkes, dua seniman panggung dari akademi sandiwara dan mime Amsterdam yang mendadak jadi penganggur semenjak lockdown Maret lalu. ‘Theater kami ini baru dimulai sebulan yang lalu. Selama Agustus kami sudah pentas beberapa kali. September mulai banyak booking.begitu jelas Julia pada kesempatan berbincang usai pentas. Nama theater ini ‘Tuintheater’ (theater kebun). Dan lokasinya adalah kebun, bisa kebun botani, bisa kebun rumah sakit, dan bisa juga di kebun anda! Tergantung si pengundang.

Solusi cerdik untuk mengatasi masalah yang dihadapi banyak seniman panggung semenjak lockdown. Pelonggaran peraturan Covid 19 mulai Juli untuk dunia theater di Belanda memang memberi peluang, namun jarak 1,5 meter tetap berlaku di dalam gedung. Berarti jumlah penonton sangat dibatasi dan membuat biaya produksi sangat tinggi. Dengan theater kebun ini mereka bisa menekan biaya dan kegiatan sandiwara bisa tetap berlangsung. Penghasilan mereka tidak seberapa namun cukup untuk biaya hidup sederhana.

Berlawanan dengan ucapan ‘Akh anak muda jaman sekarang’ yang dimaksud sebagai kecaman, saya cenderung menaruh harapan pada generasi jaman sekarang. Mereka bersikap tidak tergantung, tidak bersikap menunggu bantuan, melainkan berinisiatif dalam batas kemampuan diri. Coronakrisis mendorong orang berpikir bebas dan kreatif mencari jalan keluar.

Kebebasan berpikir kalian akan saya tulis pada Hari Kemerdekaan negara saya’, begitu saya janji pada mereka. Dua seniman itu tersenyum. Kemerdekaan berpikir, adalah hikmah besar. Merdeka jasmani. Merdeka rohani. Dirgahayu bagi kita semua!

 

Rumah Berpintu Berat

Oleh Yanti Mualim

Tokoh kontroversial Christiaan Snouck Hurgronje setelah berpetualang ke dunia Arab dan ke Hindia Belanda, kembali ke Belanda. Menjadi guru besar di universitas Leiden sampai meninggal. Setelah melihat kuburannya saya berjalan mencari rumahnya.

Pintu depan kokoh dan berat.

Bagian muka bangunan anggun sederhana gaya classicisme itu memiliki elemen-elemen rococo. Mencolok adalah daun pintu berukiran berat dan hiasan putih di tembok luar. Aslinya rumah ini dibangun pada 1701 oleh artistek Jacob Roman. Hiasan di tembok luar dan pintu berukir gaya rokoko itu baru dibubuhkan pada 1764 atas permintaan pemilik lamanya.

Deretan bangunan di bilangan mewah Leiden ini terletak di sepanjang kanal yang ditumbuhi bunga teratai selama cuaca bersahabat. Sekarang rumah monumental itu adalah kantor Instituut voor de Nederlandse taal (Lembaga Bahasa Belanda) dan dipertahankan seperti aslinya. Di belakang ambang pintu berukir tampak lantai pualam, di dinding tertera nama pemiliknya.

Nama pelimik rumah itu tercantum di dinding bagian dalam.

Christiaan Snouck Hurgronje hampir mencapai usia pensiun ketika memutuskan membeli rumah mewah yang pantas untuk kedudukannya. Ia diangkat sebagai rector magnificus oleh dewan penyantun universitas Leiden. Dalam hidupnya yang padat petualangan di Jeddah, Mekkah dan Aceh, Snouck Hurgronje juga telah menjalin banyak hubungan di dunia akademi. Ia sendiri tak pernah kenyang belajar. Dan sekarang, di usia senja, ia ingin menyediakan tempat tinggal dan tempat bekerja untuk para ilmuwan jika mereka mengadakan penelitian di Leiden.
Dari dalam barulah tampak ada dinding yang membelah rumah mewah ini karena merupakan dua rumah yang digabungkan. Berapa harga rumah mewah ini tampaknya tidak merisaukan Snouck Hurgronje. Rapenburg 61 di Leiden ini dibelinya tanpa uang pinjaman.
Meski meja dan kursi di ruang kantor ini adalah disain masa kini, namun seluruh bangunan masih bernafaskan masa lalu.

Pendiangan rumah gaya rokoko.

Ruang depan.

Rumah Snouck Hurgronje dilihat dari seberang kanal.

Kuburan Sebagai Monumen

Oleh Yanti Mualim

Denah kuburan Groenesteeg

Setelah menyusuri lorong panjang Groenesteeg di kota Leiden sampai mentok, saya berada di muka kuburan dengan nama sama. Melalui jembatan kecil ‘De Laatste Brug’ (jembatan terakhir) saya memasuki kuburan sederhana berukuran kecil. Seorang bapak bertanya: ‘Mau lihat kuburan Van Gogh?’ Tidak paham ada nama Belanda terkenal lain di sana, tapi yang pasti di sinilah makam Christiaan Snouck Hurgronje, yang wafat pada 26 juni 1936.

Setelah melihat daftar nama dan denah di pinggir jalur masuk, dengan mudah saya temukan nomer168B. Itulah makam Christiaan Snouck Hurgronje yang dikebumikan di samping ibundanya, Anna Maria de Visser. Ada empat nama di batu nisan yang tertutup lumut. Nama Christiaan di baris paling bawah. Ini adalah makam keluarga dengan ruang bawah tanah.

Lahir 8 Februari 1857 meninggal 26 Juni 1936.

Seperti ditulis Philip Dröge dalam bukunya Pelgrim, ada dugaan Christiaan yang semenjak disunat bernama Abd-al Gaffer, dimakamkan secara Islam. Penulis tidak sepenuhnya yakin karena hanya ada satu sumber dan tidak mungkin periksa ulang. Namun Groenesteeg di Leiden ini adalah kuburan Kristen milik gereja setempat dari 1813.  

Dulu tiap gereja punya kuburan sendiri di pekarangannya. Anggota jemaat yang kaya dikubur di dalam gereja. Karena kebutuhan kuburan terus meningkat dan sejak 1813 dilarang mengubur di dalam gereja, maka dibangunlah kuburan-kuburan baru yang terpisah dari gereja.

Groenesteeg ini adalah kuburan untuk kalangan elitnya Leiden. Di sinilah makam-makam para guru besar universitas tertua Belanda, penguasa setempat, para hartawan dan juga makam ibu pelukis Belanda kenamaan Vincent van Gogh.

Makam Irawan Soejono yang sudah kosong.

Bagi pengunjung Indonesia kuburan ini menyimpan cerita heroik Irawan Soejono. Putra kelahiran Pasurun 24 Januari 1920 ini adalah putra Raden Adipati Ario Soejono. Ia ditembak mati tentara Jerman pada 13 Januari 1945 ketika tertangkap basah sedang membawa onderdil mesin tulis untuk kegiatan bawah tanah melawan pendudukan Nazi Jerman di Belanda. Makam Irawan Soejono ini kosong, abunya sudah kembali ke tanah tumpah darahnya.

Kuburan kalangan elit ini memberi kesan kurang terpelihara. Namun keelokkan alami kuburan kian jelas jika kita menyusuri jalan setapak yang mengelilingi tiap blok. Batu-batu nisan berjajar menyatu dengan pohon perkasa Fagus Sylatica merah membentuk monumen hidup. Sejak 1978 Groenesteeg masuk daftar monumen nasional.

Pohon monumental ini mengayomi makam-makam.

Tokoh Kontroversial

Oleh Yanti Mualim

Beberapa waktu lalu saya membaca buku menarik tentang Christiaan Snouck Hurgronje. Penulis berhasil menghidupkan tokoh di abad ke 19 ini dalam bukunya. Karena perpustakaan diharuskan tutup, saya membaca ulang buku itu. Menurut saya buku ini juga menarik untuk pembaca di Indonesia. Saya buatkan ringkasan dalam bahasa Indonesia.

Judul buku: PELGRIM (Ziarah) 355 halaman.
Leven en reizen van Christiaan Snouck Hurgronje (Kehidupan dan perjalanan Christiaan Snouck Hurgronje)
Penulis: Philip Dröge.
(wartawan investigasi dan penulis)

Suatu hari di awal Januari 1885 seorang pemuda Eropa berwajah runcing, fasih bahasa Arab disunat di Jeddah. Begitu halaman pertama buku Leven en reizen van Christiaan Snouck Hurgronje (Kehidupan dan perjalanan C S H) menyedot pembaca masuk kehidupan tokoh ini. Dia adalah putra keluarga pendeta terpandang di sebuah propinsi di Belanda Selatan yang hidup di abad ke 19. Pada waktu itu pendeta adalah profesi yang diteruskan dari bapak ke anak. Snouck yang kian kritis terhadap dogma gereja menghentikan studi theologinya dan lanjut dengan studi bahasa Arab dan Ibrani. Selesai studi dan promosi di Universitas Leiden dia mengajar para calon pegawai pemerintahan Hindia Belanda tentang Islam, agama mayoritas penduduk negara jajahan waktu itu.

Pelgrim 355 halaman
Philip Dröge.

Berbeda dari banyak ilmuwan semasanya ia tidak puas hanya mendapat pengetahuan dari buku. Christiaan, yang menulis desertasi tentang naik haji sangat ingin ke Mekkah. Melakukan perjalanan di masa itu sulit dan Mekkah adalah kota suci yang tertutup untuk orang kafir.

Sementara itu, di negara jajahan gunung Karakatau meletus. Ledakan maha dahsyat pada 1883 ini dipandang kaum Muslimin tanda untuk mengusir para kafir dari Nusantara. Berarti akan terjadi pemberontakan melawan penjajah. Belanda mulai menyadari betapa sedikit pengetahuan mereka tentang agama penduduk negara jajahannya. Belanda membutuhkan seorang Christiaan Snouck Hurgronje.

Christiaan mendapat kesempatan ke Jeddah, tinggal di konsulat Belanda. Di sana dia mengumpulkan informasi tentang orang-orang Muslim dari Hindia Belanda yang pergi haji. Di Jeddah, Snouck berkenalan dengan antara lain orang-orang yang bisa membantunya ke Mekkah.

Foto bersama di konsulat Belanda di Jeddah.

16 Januari 1885 Christiaan Snouck Hurgronje masuk Islam, menjadi Abd al-Ghaffar al Laydini. Sebagai mua’laf dia mengantongi tiket ke Mekkah. Naik unta dia berangkat dari Jeddah ke kota suci itu. Dia selalu membuat catatan dan membawa pesawat pemotret, suatu yang sangat istimewa di zaman itu. Dia membuat foto-foto Mekkah yang sekarang merupakan keunikan berharga. Di sana ia berteman dengan ulama terkemuka Ahmad Dahlan yang adalah keturunan Nabi Muhammad.
Penulis menceritakan bagaimana Christiaan sepenuhnya menyesuaikan kesehariannya dengan tradisi dan kebiasaan setempat, karena tidak ingin dicurigai. Dia juga beli budak perempuan dan sering ditawari ‘sesuatu untuk di ranjang’ Dia juga taat sembahyang dan sering ke masjid yang merupakan pusat informasi penting. Tanpa sengaja Christiaan terlibat perkara yang membuatnya mendadak harus meninggalkan Mekkah dan kembali ke Leiden.
Di Eropa Christiaan Snouck Hurgronje dipandang sebagai orientalis paling hebat. Meski demikian dia tetap haus pengetahuan dan petualangan. Kembali ke Mekkah? Mustahil. Pilihan lain adalah Aceh, ia akan menjadi informan tentang kerusuhan di Aceh. Dia berangkat lagi, tapi penguasa Hindia Belanda memutuskan lain. Dia ditugaskan di Banten, tempat terjadinya pembunuhan pegawai-pegawai pemerintahan Hindia Belanda beserta keluarga mereka.
Pembunuhan ini dipandang sebagai awal pemberontakan terhadap kekuasaan penjajah. Christiaan harus menyelidiki peran para haji yang pulang dari Mekkah. Banyak orang tak bersalah yang ditangkapi setelah kerusuhan itu menceritakan pada Christiaan tentang latar belakang dan persiapan pemberontakan. Mereka akrab dengan Snouck yang di antara orang-orang Islam dikenal sebagai Abd al-Ghaffar. Seorang wartawan mingguan Hindia Belanda mencurigai kejujuran Snouck yang dekat dengan orang-orang Muslim.
Sebelum kembali ke Batavia dia menikah dengan gadis cantik berusia 17 tahun dan berita ini sampai ke Den Haag. Snouck di pihak mana? Pada gubernur jendral di Batavia Snock menyangkal telah menikah. Dusta ini harus ia pertahankan terus. Ia menulis laporan tentang aliran-aliran Islam yang ia jumpai di Jawa dan menurutnya Islam khas Jawa kian terpengaruhi Arab.
Di Batavia Christiaan berkenalan dengan Johannes Van Heutsz dan tak lama kemudian ia berangkat ke Aceh. Pada Juli 1891, dia sampai di Kota Raja. Belanda sudah lama ingin menguasai wilayah ini, tapi tidak berhasil. Kekuasaan mereka hanya sebatas Kota Raja. Snouck yang hanya boleh berada dalam batas kekuasaan Belanda mengumpulkan informasi dari buruh-buruh pendatang dari pelosok. Setahun kemudian ia membuat laporan tentang Aceh untuk gubernur jendral, isinya antara lain: selama ini pemerintah mengambil tindakan-tindakan salah di Aceh dan Snouck paham cara yang tepat. Laporan ini masuk kategori ‘rahasia negara’. Snouck memetakan kekuatan-kekuatan Cik di Tiro dan Teuku Umar di kawasan ini. Ia menjadi penasehat perang van Heutsz dan ikut masuk hutan bersama pasukannya mengejar Teuku Umar yang menurutnya tidak bisa dipercaya.
1906 Christiaan Snouck Hurgronje pulang ke Belanda dan melarang anak-anaknya ke Belanda. Dia kembali ke dunia akademi, menjadi guru besar di Universitas Leiden dan menikah dengan wanita Belanda beragama Kristen.

Berburu Beruang

Oleh Yanti Mualim

Kami berburu beruang.
Helen Oxenbury/Michael Rosen

Salah satu buku yang sangat sering kubacakan untuk si Bungsu sewaktu dia masih kecil adalah ‘Wij gaan op berenjacht’ (Kami berburu beruang). Ramai-ramai berpetualang mencari beruang, harus lewat padang rumput liar yang tinggi, lalu harus menyeberang sungai, sampai di seberang harus melalui lumpur becek. Begitu seterusnya, banyak rintangan yang harus dilalui, sampai ke gua tempat beruang berada. Akhirnya beruang yang mengejar mereka. Mereka lari pulang, melewati semua rintangan yang telah berhasil mereka lalui sampai kembali ke dalam rumah. Tutup pintu, masuk tempat tidur, sembunyi di bawah selimut. Tidak bosan-bosannya si Bungsu dibacakan cerita itu, padahal dia sudah hafal. Kadang-kadang saya sengaja melompati satu halaman, ekh dia protes. Sekarang dia sudah menjadi ibu, suatu hari saya akan membacakan cerita sama untk anaknya, cucu saya.

Dibalik jendela rumah ini ada empat ekor beruang

Kalau jaman corona sudah lewat mungkin saya juga bisa jalan-jalan dengan cucu berburu beruang. Sebuah permainan untuk anak yang memudahkan orang tua mengajak mereka jalan keluar. Dalam keterbatasan kebebasan, masih mungkin mengadakan kegiatan bersama. Berburu beruang tidak perlu jauh-jauh. Pagi tadi jalan dari rumah saya sampai ke pagar hutan saya coba menghitung jumlah beruang yang saya lewati. Lebih dari 14 ekor.

Beruang putih mungil.

Meskipun ‘Berburu Beruang’ adalah untuk anak-anak, senang juga ikut dalam dunia permainan itu.

Beruang besar memangku yang kecil dan di pojok ada beruang putih.

Tuinbonen=Kacang Kebun

Oleh Yanti Mualim

Kacang kebun ini panjangnya sekitar 20 sentimeter.

Bagian dalam.

Ada satu jenis kacang-kacangan di Eropa yang bentuknya mirip petai, di Belanda disebut tuinbonen, kalau diterjemahkan secara harfiah: kacang kebun. Hanya bentuk luar yang mirip petai, tapi beda rasa dan beda aroma. Tanamannya merambat, mirip tanaman buncis. Sekarang ini adalah awal musim ´tuinbonen´ (kacang kebun) dan musimnya singkat. Tentu saja selalu bisa beli di kaleng, tapi segar jauh lebih enak.

 

 

Untuk dua orang cukup satu kilogram. Mengupasnya seperti mengeluarkan biji petai dari cangkangnya. Dinding dalam cangkang kacang kebun ini selembut beludru, dan kacang kebun seperti berbaring di ranjang empuk.

Dinding dalam selembut beludru.

Setelah dikupas direbus 12 menit. Sementara itu kupas bawang merah, diiris tipis-tipis, gongseng dengan sesendok makan minyak sampai mulai berkilat, masukkan 1buah pisang yang dipotong dadu dan 5 buah kurma dipotong dadu. Gongseng semua api kecil dan terakhir masukkan kacang kebun yang sudah ditiriskan. Lauk sederhana ini cocok untuk teman nasi.


Lauk ini cocok untuk teman nasi.