Hadiah Dari Kebun

Yanti Mualim

Musim panas tahun 2022 ini rasanya panjang sekali. Mungkin karena sejak awal musim semi, mulai dari bulan Maret suhu udara rata-rata sudah di atas 7ºC. Setelah itu suhu udara naik terus dengan cepat sampai dua digit. Bahkan Juni dan Juli gelombang panas sudah melanda berbagai negara di Eropa. Kami di Belanda mengalami hari-hari dengan suhu udara 38ºC. Matahari dengan royalnya menyinari bumi Belanda. Biasanya banyak orang di Eropa senang mandi matahari, namun beberapa tahun terakhir ini diperingatkan mengolesi tubuh dengan cream pelindung, untuk mencegah kanker kulit. Panas seperti ini, jika tidak perlu keluar kami tinggal di dalam rumah atau mencari tempat yang teduh. Yang tidak bisa berteduh adalah tanaman-tanaman di kebun. Saya payungi mereka agar tidak terbakar.

Disamping suhu tinggi, beberapa bulan belakangan ini tidak pernah hujan. Panas dan kering tampaknya kondisi ideal untuk kebakaran. Berbagai negara telah mengalami kebakaran hutan yang serius. Oleh karena itu pada umum diperingatkan tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak bbq dan segera menilpon dinas pamadam kebakaran bila melihat gejala kebakaran.

Untunglah hingga sekarang hutan dan padang rumput dekat rumah saya tetap utuh. Walaupun demikian ada hal yang menggembirakan. Tahun ini pohon apel di kebun lebat sekali buahnya. Berdasarkan pengalaman di tahun-tahun silam, saya membuat perjanjian dengan burung-burung yang sering singgah. Begini: sebagian apel di pohon saya beri topi atau kerudung, itu untuk kami; selebihnya kalian boleh makan. Di waktu lampau kami hanya kebagian sisa-sisa yang ditinggalkan burung-burung. Sungguh kami senang dengan kehadiran banyak burun di kebun kami, tapi kurang suka dengan kebiasaan mereka mematuk satu buah, kemudian belum habis pindah ke buah yang berikut. Buah-buah cacat itu disisakan untuk kami. ‘Ngga mau akh curang begitu’

Biasanya musim apel baru September, tetapi kali ini pipi merah apel-apel itu sudah memanggil-manggil minta dipetik. Kami siapkan tangga dan galah untuk memetik apel bersama anak cucu. Tampaknya mereka senang dengan pengalaman baru ini. Saya tidak bisa memastikan senang apelnya atau senang memetiknya. Sama senangnya seperti membuka bingkisan hadiah.

Indahnya Kebun Bunga Rousham

Oleh Yanti Mualim

Di musim panas 2013 ini aku tahu bagaimana rasanya mabuk. Mabuk keindahan! Tidak percaya?

Afbeelding

Foto: Yanti Mualim

Jalan setapak yang diapit tanaman hias. Bunga-bunga dekat tanah menyentuh kaki, bunga-bunga yang tinggi terjamah, sedang mawar rambat menyebar wangi sensual. Istilah ‘firdaus di bumi’ sudah sering saya dengar dan baca baik dalam ceramah, kuliah maupun buku. Nah, kebun semacam ini saya golongkan ‘firdaus di bumi’

Kebun ini adalah bagian dari taman Rousham di Oxfordhire, Inggris dari abad ke 18. Berbeda dengan taman untuk mudahnya, sebutlah taman luar, kebun ini dikelilingi tembok (walled garden) letaknya dekat rumah ini ditanami bunga, sayur dan buah-buahan. 

Tembok melengkung di latar belakang adalah kandang burung. “Aduh ampun baunya” Entah burung-burung itu masuk kuali atau tidak. Yang pasti bunga-bunga ini sering dipetik untuk jambangan bunga di dalam rumah. 

Afbeelding

Foto: Yanti Mualim

Begitu pula sayur dan buah-buahan dari kebun sendiri, menjadi kebanggan pemiliknya. Coba bayangkan, di tengah musim dingin saat alam tertutup salju, bisa menjamu tamu dengan buah-buahan dari kebun sendiri yang diawetkan. Di abad ke 18 gengsi pemilik villa dan juragan tanah diukur dari makanan yang ia hidangkan dan keindahan taman dan rumahnya. Tidak berbeda dari sekarang!  Afbeelding

Foto: Yanti Mualim